Avoidan, Tergantung, Kompulsif, dan Agrasif Pasif merupakan salah satu dari Gangguan Kepribadian, dimana penderita dalam kategori ini memiliki ciri umum diliputi kecemasan dan rasa takut, sehingga kadang-kadang susah dibedakan dari penderita neurosis, ditambah ciri-ciri khusus sebagai berikut:
- Kepribadian Avoidan tau menghindar: sangat peka terhadap penolakan atau hinaan prng lain; cenderung mudah mempersepsikan olok-olokan atau pelecehan yang belum tentu benar; pergaulan sempit dan segan emnjalin pergaulau; takut bergaul dengan orang lain disebabkan takut untuk dikritik atau ditolak, kendati sering merasa butuh afeksi dari orang lain dan merasa sepi; merasa sedih karena tidak punya teman, dan ketidakmampuan bergaul tersebut menjadi sumber kesusahan dan penyebab harga dirinya yang rendah.
- Kepribadian Tergantung: sangat tergantung pada orang lain dan merasa tidak berdaya, kendati sesungguhnya tidak demikian; dapat berfungsi baik sepanjang tidak dituntut melakukan sesuatu seorang diri.
- Kepribadian Kompulsif: memiliki perhatian yang berlebihan pada aturan-atiran, ketertiban, efisiensi, dan pada pekerjaan; menginginkan semua orang bekerja seperti dirinya; tidak mampu mengungkapkan sikap dan perasaan hangat; perilakunya serba terhambat, sangat perasa, namun juga sangat rajin; kepribadiannya kaku; sulit untuk bersantai; sangat memperhatikan hal kecil-kecil; dan sangat sulit membagi waktu.
- Kepribadian Agresif-pasif. Simtom ini sesungguhnya merupakan sikap bermusuhan yang diungkapkan lewat cara-cara yang bersifat tidak langsung dan bukan melalui kekerasan. Sebagai contoh, untuk mengungkapkan kebenciannya pada majikan yang lalim, seorang pembantu sengaja senang menangguhkan atau menghambat-hambat pelaksanaan pekerjaan, bersikap keras kepala, sengaja bekerja tidak efisien, dan sebagainya. Beberapa ciri khasnya adalah: tidak suka patuh pada tuntutan orang lain; benci pada figur otoritas, tetapi takut menyatakan atau mengungkapkannya (tidak asertif).
Gangguan-gangguan ini diduga dapat disebabkan oleh faktor bawaan (masih hipotesis); faktor psikososial, seperti pola hubungan keluarga yang patogenik; dan faktor sosiokultural, seperti munculnya sistem nilai dan pola perilaku tertentu yang jauh berbeda dari yang lazim berlaku di masyarakat akibat kondisi kemiskinan. Misalnya, dalam bentuk standar yang sangat longgar tentang kejujuran, tanggung jawab sosial, dan sebagainya.
Penderita aneka jenis gangguan ini biasanya sulit ditangani untuk ditolong. Mereka harus dipaksa. Usaha memberikan pertolongan biasanya lebih efektif bila dilakukan dalam lingkungan tertentu yang membatasi runga gerak penderita, misalnya di penjara atau pusat rehabilitasi lainnya. Penanganan di luar jarang berhasil.
Sumber: http://balancepers.com/gangguan-kepribadian/