Monster laut ini diklaim memiliki panjang 8,6 meter dan diperkirakan hidup sekitar 244 juta tahun yang lalu, atau 8 juta tahun setelah bencana kepunahan massal yang terjadi di Bumi.
Penemuan spesies baru dari keluarga reptil laut prasejarah dipastikan keberadaannya dalam studi ekskavasi terbaru di perairan Nevada, AS. Studi lengkap sudah ditulis di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Diwartakan LiveScience, monster laut berjenis reptil namun memiliki wujud seperti lumba-lumba ini diberi nama Thalattoarchon Saurophargis. Dari fosil yang ditemukan para ilmuwan, hewan pemangsa ganas ini diklaim memiliki panjang 8,6 meter dan diperkirakan hidup pada 244 juta tahun silam.
Ini bersamaan dengan periode geologi Trias atau masa pasca pasca terjadinya bencana yang memicu kepunahan massal terhebat dalam sejarah, yakni Masa Permian.
Oleh para ilmuwan, monster laut ini dikategorikan ke dalam golongan Ichthyosaurus, yang dalam bahasa Yunani berarti ‘kadal ikan’. Ichthyosaurus adalah kelompok reptil yang menghuni dasar laut Bumi pada zaman dinosaurus.
Sebagian fosil predator purba ini sudah berhasil diekskavasi dalam ekspedisi tahun 1998. Bagian-bagian awal yang ditemukan tersebut saat ini terpelihara, antara lain tulang badan, sirip, dan seluruh tulang belakang. Fosil monster laut ini, kini tersimpan rapi di museum praserah di Chicago, AS.
Menurut Nadia Frobisch, ahli paleontologi dari Museum of Natural History Berlin, Thalattoarchon Saurophargis adalah spesies hewan vertebrata (hewan bertulang belakang) sangat menarik, khususnya dari sisi ukurannya yang sangat besar.
Maka pada tahun 2010, ia bersama para peneliti lainnya kembali ke situs yang sama dan menggali fosil tersisa. Hasilnya, mereka menemukan rangka tengkorak raksasa dan rahang yang dipenuhi dengan gigi-gigi tajam yang cukup besar untuk mengunyah berbagai reptil laut lain.
“Thalattoarchon Saurophargis diketahui sebagai jenis karnivora samudera pertama yang berevolusi bisa memangsa hewan laut berukuran hingga sebesar dirinya,” ungkap Frobisch.
Frobisch juga mencatat bahwa temuan ini menunjukkan daya resiliensi lingkungan untuk bangkit dari kerusakan, bagaimana sebuah ekosistem dapat pulih kembali bahkan setelah musnah melalui peristiwa ekstrem.
Sumber URL