Sudah jamak kalau di Pelabuhan Tanjung Priok selalu ramai kapal-kapal pedagang dari dalam maupun luar daerah yang berlabuh untuk bongkar muat berbagai jenis barang dagang, seperti hasil bumi, barang pecah belah, kain sutra, dan sebagainya. Setelah dibongkar (diturunkan) dari kapal, barang-barang itu kemudian di gudang.
Kegiatan bongkar muatan ini kemudian diintip oleh Angkri—jagoan di wilayah sekitar situ yang tindak tanduknya sudah terkenal sombong dan angkuh. Bersama dua kawannya, Bai dan Madun, pada malam harinya Angkri mencuri barang-barang pecah belah yang dipunyai opsinder Bloomekomp. Aksi itu mereka lakukan dengan mudah tanpa halangan berarti.
Gudang Opsinder Bloomekomp Dibobol Orang
Keesokan harinya, saat mengecek gudangnya, opsinder Bloomekomp terpana melihat pintu gudang terbuka. Begitu masuk ke dalam gudang, opsinder Bloomekomp jadi tambah yakin kalau beberapa barangnya telah diambil orang tanpa seizinnya.
‘Siapa orang yang mengambil barang-barang ik*?’ batin opsinder Bloomekomp.
Tanpa menunggu lama, opsinder Bloomekomp segera melapor pada kepala opas**. Setelah melakukan penyelidikan dengan seksama, kepala opas berkesimpulan kalau yang mengambil barang-barang opsinder Bloomekomp adalah Angkri. Kesimpulan ini kemudian dilaporkan kepada opsinder Bloomekomp.
“Setelah melakukan penyelidikan, kami berkesimpulan bahwa yang telah mengambil barang-barang meeneer adalah Angkri,” kata kepala opas. Kepala opas, Bek Kasan beserta anak buahnya kemudian melakukan pengejaran.
Kepala Opas Memburu Angkri
Kepala opas bertanya pada banyak orang mengenai keberadaan Angkri. Tapi, hampir sembilan puluh sembilan persen orang yang ditanya olehnya mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui keberadaan Angkri. Hal itu nyaris membuatnya putus asa dan berhenti mengejar Angkri. Namun, terlihat titik terang ketika ada seseorang yang mengatakan kalau Angkri tengah menuju ke Kota Intan. Berangkatlah mereka semua menuju Kota Intan.
Perkelahian
Sementara kepala opas mencari jejak, Angkri dan kawan-kawan sudah sampai di rumah temannya, Pak Ocin, di daerah Kota Intan. Saat itu, Pak Ocin juga tengah kedatangan tamu, yaitu Kasun dan istrinya. Mereka semua teman lama.
Setelah beramah tamah barang sebentar, Angkri menyampaikan maksudnya.
“Begini, Pak Ocin, kedatangan kami kemari adalah untuk menitipkan barang-barang ini di rumahmu. Sementara aye mencari kapal. Besok pagi, aye sama teman-teman akan mengambilnya lagi.”
Pak Ocin melihat barang-barang yang dibawa Angkri dkk. Ia sudah menduga bahwa barang-barang yang dibawa Angkri dkk. adalah barang curian. Maka, Pak Ocin menolaknya.
“Kagak bisa, Kri!” jawab Pak Ocin, “Gue kagak mau rumah gue dititipin barang curian.”
Mendengar hal itu, sontak Angkri dkk. marah. Bai dan Madun mencabut golok untuk mengintimidasi Pak Ocin. Kasun yang sedari tadi diam, segera bersuara untuk meredakan ketegangan.
“Sabar, Dun! Sabar, Baik! Jangan kalian lakukan itu. Bukankah kita semua adalah teman lama?”
Suara Kasun ditanggapi oleh kepretan Angkri. Kena pelipis Kasun hingga berdarah.
ilustrasi angkri, cerita rakyat indonesia
“Itu buat bagian lo, Sun!” teriak Angkri.
Naik pitam-lah Kasun mendapat perlakuan seperti itu. Perkelahian di antara Kasun dan Angkri dkk. tak dapat dihindari. Walaupun tangguh, Kasun tak berkutik di hadapan tiga orang jagoan Betawi. Ia pun kalah. Angkri, Bai dan Madun segera meninggalkan tkp.
Angkri Menerima Hukuman
Tidak lama kemudian, kepala opas, Bek Kasan, dan anak buahnya sampai di rumah Pak Ocin. Tanpa ditanya sekalipun, mereka sudah tahu kalau yang melakukannya adalah Angkri dkk.
“Angkri dan kawan-kawan sudah melarikan diri tidak lama sebelum kalian datang,” kata Pak Ocin menjelaskan.
Kepala opas, Bek Kasan, dan anak buahnya tidak membuang waktu, yang dalam tempo singkat berhasil menyusulnya.
“Hei, Angkri, serahin diri lo!” teriak kepala opas.
Angkri menengok. “Lebih baik lo cincang gue, daripada gue harus nyerahin diri sama lo!”
Para jagoan silat Betawi itu segera berkelahi. Namun, sepertinya perkelahian tidak seimbang. Pihak Angkri yang lelah akibat berkelahi dengan Kasun dan membawa barang, akhirnya berhasil dibekuk.
Cerita rakyat ini diakhiri oleh hukuman untuk Angkri dkk. Pengadilan memutuskan Bai dan Madun dihukum bui selama beberapa tahun. Sedangkan, Angkri sendiri dijatuhi hukuman gantung. Nasib jagoan Tanjung Priok pun tamat sampai di sini.
Catatan:
* Ik = saya.
** Opas = polisi.
*** Meeneer = tuan.