Beberapa Upaya dalam Inovasi Pendidikan

1. Sistem PAMONG
Perkataan PAMONG sendiri adalah singkatan dari PEndidikan Anak oleh Masyarakat, Orang Tua dan Guru dan telah dipergunakan sejak kegiatan pencarian alternative atau pelngkap bagi pendidikan dasar pada umumnya, proyek ini berawal dari proyek kerjasama antara BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan SEAMO Regional “Innotech Centre” (Innovation and Educational Technology) pada tahun 1974-1979. Lokasi proyek ini terletak di Solo, Jawa Tengah. Pada dasarnya system ini mengetengahkan peranan baru bagi guru dari pengajaran di muka kelas menjadi pengelola kegiatan belajar. Sebagai pengelola ia harus dapat meningkatkan kemampuannya,sehingga tidak lagi terbatas pada jumlah 40 orang murid yang di hadapi seperti lazimnya, tetapi diharapkan mampu mengelola antara 80-100 orang.

Murid-murid belajar sendiri ddengan menggunakan modul yaitu suatu satuan pengajaran yang tercetak, dimana pelajaran telah tersusun dan terprogram sedemikian rupa meliputi tujuan pengajarn, informasi bahan, latihan dan riset, serta kegiatan praktikum, tes dan umpah balik, serta ujian. Sehingga modul itu “ dapat mengajar sendiri” Dengan demikian guru dapat mengalihkan kegiatan mengajar menjadi supervise dan memberikan konsultasi kepada murid-murid.

Salah satu prinsip system SD PAMONG adalah bawhwa belajar dapat berlangsung diberbagai tempat, artinya system SD PAMONG berusaha untuk mengubah pandangan bahwa belajar hanya dapat terjadi di dalam gedung sekolah dan bahwa jika anak putus sekolah juga berarti putus belajar. Dengan demikian system SD PAMONG di samping merupakan usaha serta kegiatan lain untuk meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, juga berusaha menciptakan wadah dan kesempatan bagi anak yang karena satu dan lain hal; terpaksa tidak dapat belajar di sekolah biasa

2. Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Tujuan proyek KKN adalah melengkapi para mahasiswa dengan pengalaman praktis tentang kebutuhan dan masalah pembangunan masyarakat pedesaan, serta penyediaan tenaga kerja terdidik untuk pembangunan di 58.000 desa yang tersebar di seluruh Indonesia. Rencana tersebut dimulai tahun 1971 atau 1972 oleh 3 universitas yang merintis melaksanakan proyek tersebut. Mnurut rencana tahun 1975 atau 1976 sebanyak 28 Lembaga Pendidikan Tinggi sudah bergiat dengan KKN dan selanjutnya seluruh mahasiswa di tingkat terakhir kurang lebih sebanyak 23.000 orang setahunnya akan terlibat kegiatan KKN. Jelas bahwa KKN akan menyediakan tenaga-tenaga akademik yang terampil, berpengalaman langsung secara praktis tentang kebutuhan dan masalah pembangunan masyarakat pedesaan dan bukan sekedar berpengetahuan teori dari bangku kuliah saja.

3. Program Penerimaan Bakat
Proyek ini bertujuan untuk membantu murid dan mahasiswa yang berbakat serta berprestasi tinggi dalam belajar. Bantuan dan beasiswa diberikan kepada pelajar di setiap jenis dan tingkat pendidikan. Adapun persyaratan untuk memperoleh beasiswa ialah mahasiswa yang mempunyai bakat yang menonjol, berprestasi tinggi tedtpi ekonominya lemah. Penilaian didasarkan atas prinsip kesempatan yang sama dan dilaksanakan secara sktoral. Selain beasiswa, program ini juga memberikan bantuan dalam bentuk buku-buku dan sebagainya. Kini di Indonesia telah terdapat berbagai badan yang memberikan beasiswa kepada siswa-siswa, seperti Supe Semar yang dalam REpelita selanjutnya memberikan bantuan khusus kepada anak yang berbakat istimewa.

4. Proyek Pendidikan Guru
Proyek ini sebagai bagian dari suatu kerangka menyeluruh dari karir guru, tidak hanya meliputi pendidikannya tetapi juga pengabdiannya terhadap masyarakat dan pendidikan profesionalisme yang didukung oleh suatu penelitian. Tujuan proyek ini ialah dimilikinya lembaga pendidikan guru untuk segala jenis dan tingkat, baik yang bersifat in-service maupun pre-service yang terkoordinsasi dalam suatu jaringan yang saling mengisi. Proyek tersebut direncanakan akan mampu mendorong secara mantap perkembangan pendidikan guru, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, terutama kurikulumnya. Oleh karena itu, proyek akan menyusun suatu rencana kemudian mengujinya, jika diperlukan akan diadakan perubahan penyempurnaan terhadap disain tersebut sehingga guru-guru mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan kurikulum yang baru. Selain itu proyek ini akan menggunakan pendekatan dan metode pendidikan guru secara konsisten sesuai dengan sekolah-sekolah yang bersangkutan.

5. Model Pembaharuan pada Sekolah Menengah Umum
Kegiatan konsultasi untuk pengembangan model Sekolah Menengah Umum yang semula adalah untuk menciptakan beberapa sekolah model untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus. Namun, kemudian tim konsultan ditugaskan untuk menangani kegiatan ini bersama-sama dengan staf Dikmenum dan semua menyetujui bahwa konsep sekolah model yang lama tidak efektif dalam melaksanakan pengembangan sekolah. Konsep baru bagi model “pengembangan sekolah” telah didiskusikan oleh para konsultan Internasional, konsultan Nasional dan staf Dikmenum. Konsep “model” yang tradisional bergantung kepada gambaran sekolah yang sangat baik dan memperoleh tambahan input (uang, pelatihan, fasilitas dan sumber pembelajaran) menciptakan adanya model yang bagus yang akan ditiru oleh sekolah lain. Masalah yang terlihat jelas untuk pendekatan ini adalah bahwa sekolah biasa akan sulit untuk diubah menjadi sekolah yang bagus apalagi menjadi sekolah model. Masalah kedua adalah apabila input yang sama tidak diterapkan pada sekolah biasa, peniruan model tidak akan difasilitasi. Untuk lebih jelasnya mengenai hal ini lihat Lampiran A.

Sebagai alternatif, mereka yang terlibat dalam sekolah model memilih untuk merencanakan langkah yang berbeda dalam pembuatan konsep pengembangan sekolah “model”. Kunjungan ke beberapa sekolah di wilayah yang berbeda oleh para konsultan membawa hasil akan kayanya informasi mengenai prakarsa Sekolah Menengah Umum yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sekolah setempat. Usaha inovatif ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk meningkatkan mutu sekolah basisnya ada pada tingkat sekolah. Dari sini jelas sekali terlihat oleh para konsultan, bahwa sekolah yang mengalami peningkatan dan pengembangan adalah yang dapat mewakili model pengembangan sekolah. Fokusnya adalah pada “proses” yang dialami oleh sekolah ketika mutu pendidikan meningkat. Apa yang terjadi di dalam sekolah yang membuat adanya pergeseran menuju kepada sekolah yang lebih efektif ? Dari sudut pandang ini konsep “model” pengembangan sekolah muncul. Perhatian kami ditujukan pada identifikasi apa yang terjadi di sekolah yang mengalami peningkatan atau perkembangan.

Diagram I. Model Pembaharuan untuk Pengembangan Sekolah
Salah satu keuntungan dari model ini adalah apabila sekolah sudah mencapai tingkat-tingkat komunikasi terbuka yang optimal dan pengambilan keputusan bersama, sekolah dapat menjadi mandiri. Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa kepala sekolah berfungsi sebagai koordinator pada fungsi sekolah yang berbeda.

Masalah utama adalah arah pengembangan sekolah dan identifikasi sumber keuangan untuk membantu pengembangan sekolah yang dapat berjalan terus menerus dalam kegiatan kepala sekolah. Dalam sistem pendidikan di mana kepala sekolah secara periodik diganti, pendekatan ini membuat pengembangan sekolah dapat tetap dilanjutkan meskipun kepala sekolah yang baru, baru diperkenalkan dengan sekolahnya.

Model ini merupakan tinjauan yang menyeluruh terhadap semua yang terlibat dalam proses pengembangan kondisi untuk pembaharuan di sekolah. Ketika Sekolah Menengah Umum berjalan menuju peningkatan mutu berbasis sekolah) hal ini menunjukkan kepada sekolah bahwa proses pengembangan akan tercapai.

6. Sistem KBK dalam Perkuliahan
Tuntutan KBK, bagi dosen mampu memformulasikan komponen desain instruksional, penguasaan materi dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sarana pembelajaran yang terintegrasi dalam upaya mengembangkan semua potensi mahasiswa. Konsekuensinya, inovasi dan kreatifitas dosen dalam mengembangkan model-model pembelajaran sangat dibutuhkan dalam rangka menghasilkan peserta didik yang sanggup bersaing di era globalisasi.

Salah satu model yang berkembang melalui problem based learning (PBL), bersifat dinamis berbasis pemecahan masalah, interaktif dan kemajuan belajar yang didasarkan pada penguasaan kompetensi serta produktif Sebagai dasar acuannya. Untuk itu, hendaknya dosen pertama, memfasilitasi sumber belajar baik berupa buku rujukan, hand-out kuliah, journal, bahan kuliah yang berasal dari hasil penelitian dan waktu yang memadai kepada peserta belajar.

Memotivasi mahasiswa dengan memberi perhatian cukup kepada mahasiswa. Memberi materi yang relevan dengan tingkat kemampuan mahasiswa dan dengan situasi yang kontektual. Memberi semangat dan kepercayaan pada mahasiswa bahwa ia dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Memberi kepuasan pada mahasiswa terhadap pembelajaran yang kita jalankan.

Memberi tutorial yakni pada tataran menunjukkan jalan/cara/ metode yang dapat membantu mahasiswa menelusuri dan menemukan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

Memberi umpan balik sebagai bentuk monitoring dan mengkoreksi jalan pikiran/hasil kinerjanya agar mencapai sasaran yang optimum sesuai kemampuannya.

Check Also

Menggali Lebih Dalam tentang Dogmatis: Apa Itu dan Bagaimana Ini Memengaruhi Pikiran Manusia?

Dogmatis adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan sikap atau keyakinan yang keras kepala dan …