Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan
Salahuddin Al-Ayyubi bukan hanya dikenal sebagai panglima perang yang ditakuti, melainkan lebih dari itu ia adalah seorang yang sangat memperhatikan kemajuan pendidikan, mendorong studi keagamaan, membangun bendungan, menggali terusan, serta mendirikan sekolah dan masjid. Salah satu karya yang sangat monumental ialah Qal’ah Al-Jabal, sebuah benteng yang di bangun di Kairo pada 1183 M.
Salahuddin membangun kerajaan sesuai dengan cita-citanya, baginda mendirikan Madrasah-madrasah dan kurikulumnya di sesuaikan dengan paham sunni. Guru-guru di datangkan ke mesir untuk mengajar dengan gaji yang tinggi. Setelah mendapatkan sertifikasi uji kelayakan mengajar. Dalam bidang Arsitektur dapat diperhatikan dengan berdirinya masjid agung di sulaiman yang dimulai pembangunannya sejak Dinasti Umayyah pada tahun 717 M, yakni masjid agung Aleppo.
Seiring dengan bergulirnya kekuasaan di Aleppo pada tahun 1158 M, Masjid agung Aleppo diperluas oleh Nur Al-Din Zangi. Kebanyakan Ilmuwan menyatakan masjid agung damaskus dan Aleppo sebagai masjid kembar dari sisi bentuk arsitektur. Keduanya terletak di bekas kekuasaan Romawi dan Bizantium. Di masjid agung Aleppo terdapat makam Nabi Zakariya dan di damaskus terdapat makam Nabi Yahya.
Masjid agung Aleppo sudah banyak mengalami perubahan dari bentuk aslinya, sempat di guncang gempa bumi dan di hancurkan oleh serangan-serangan Bizantium dan tentara Mongol. Tapi masih terjaga hingga kini.
Menurut sejarahwan Al-Ghazi, perubahan pada masjid agung Aleppo terjadi ketika Daulah Abbasiyah mengambil mozaik, ukiran, dan aksesori masjid itu.
Tetapi menurut sejarahwan Al-Adhim, hilangnya mozaik Masjid Agung Aleppo akibat ulah Bizantium pada 962 M. Kaisar Nichephorus melakukan pengrusakan dan aksi vandalisme ketika Bizantium mencoba menguasai Aleppo. Mereka membakar dan menghancurkan mozaik masjid Aleppo.
Masjid agung Aleppo kembali di bangun pada masa kekuasaan Emir Syaft a-Daulah dari Dinasti Hamanid. Di bawah kekuasaannya Aleppo mencapai kejayaannya dan menjelma menjadi negeri yang makmur, di jadikan ibu kota pemerintahan Hamanid dan menjadi pusat kebudayaan yang penting.
Meski tak lagi mewarisi struktur masjid peninggalan Umayyah, namun masjid agung Aleppo sangat dikenal sebagai “masterpiece” dalam dunia Islam. Pada abad ke-15 M. masjid agung Aleppo bersaing dengan masjid damskus dalam hal dekorasi, cat, serta mozaik” papar Ibnu Al-Shihna.
Berkembangnya peradaban turut melahirkan sejumlah penulis, sastrawan dan Ilmuwan terkemuka seperti Abu Firais Al Hamadani dan abu Tayyeb Al mutanabbi. Kota Aleppo pun bertambah luas meliputi : Kelikia, Malatya, Diarbekir, Antioch, Tarsus, mardin, dan Roum Qal’a. dan pada tahun 353 H Aleppo di serang imperium Romawi.
Selanjutnya kota Aleppo dikuasai dinasti Fatimiyah, Mirdassid, Turki, dan jatuh ke pangkuan Seljuk. Setelah itu Alepoo kembali di ambil alih Romawi dan pada 1108 M dan di serbu pasukan Perang Salib (Crusader).
Kota yang diliputi anarki itu kembali pulih ketika Imad ad-di Zangi menjadi pangeran Aleppo. Semenjak di kuasai pangeran Imad ad-din dan anaknya Nur ad-din Mahmud, Aleppo berada di bawah kekuasaan Negara Nurid (523-579 H/1128 M – 1260 M) kondisi Aleppo mulai pulih sayangnya pada 1170 M kota Aleppo hancur diguncang gempa bumi.
Aleppo kembali mencapai kejayaannya pada zaman Dinasti ayyubiah (579-659 H/1183 – 1260 M). salah satu raja yang tersohor waktu itu bernama Salahuddin Al-Ayyubi, dia melindungi Aleppo dan kembali membuat nama Aleppo haru dan di segani.
Era keemasan itu berakhir pada 1260 M, ketika bangsa mongol di bawah pimpinan Hulagu khan menghancurkan Aleppo.
Perkembangan Agama Islam
Sebelum Salahuddin Al-Ayyubi memerintah di mesir, sebenarnya perkembangan agama Islam sudah berkembang dengan baik. Lebih-lebih setelah adanya Universitas Al-Azhar yang dijadikan sebagai pusat pengkajian sehingga memperlihatkan dinamika pemikiran-pemikiran dalam masalah agama Islam. Para pemikir Islam banyak yang bermunculan dalam berbagai bidang ilmu keislaman, seperti fikih, tarikh, tauhid, ilmu al qur’an dsb.
Untuk mendukung itu, Slahuddin Al-Ayyubi juga mendirikan tiga buah madrasah di Kairo dan Iskandariyah untuk mengembangkan mazhab suni. Masih dalam rangkaian Dinasti Ayyubiah, Al-Kamil mendirikan Sekolah Tingggi Al-Kamiliyah (Kamiliyah College) yang sejajar dengan perguruan tinggi lainnya.
Kekhidmatan kepada Nabi Muhammad saw bagi Salahuddin Al-Ayyubi, merupakan salah satu wujud kecintaannya pada ajaran Islam, dan di adakakanlah peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Pertama kali di selenggarakan oleh Muzaffar ibn Baktati, Raja Mesir yang terkenal arif dan bijaksana. Sementara itu pencetus peringatan ialah panglima perangnya, Salahuddin Al-Ayyubi.
Mengapa Salahuddin merasa perlu mengadakan peringatan Maulid? Sang panglima berpendapat, ketika perang Salib terjadi, motivasi umat Islam sangat menurun, sementara motivasi pasukan Salib (Kristen) meningkat. Slahuddin merasa perlu membangkitkan kembali semangat umat Islam sebagaimana umat Kristen dengan perayaan Natalnya.
Dalam peringatan Maulid, Salahuddin menggemkan kisah perang yang dilakukan Nabi Muhammad saw, namun yang dibacakan pada acara peringatan Maulid tersebut berubah, bukan lagi kisah perang, melainkan kisah lahir dan hidup sang Nabi saw. Kisah perang tampaknya dianggap tak relevan lagi.peringatan Maulid Nabi tampaknya masih perlu dilakukan, selain dimaksudkan untuk meneladani akhlak Muhammad saw juga diperuntukan yakni perang melawan hawa nafsu, kemungkaran, dan kemaksiatan.