Penderita asma yang kekurangan vitamin D akan mengalami pemburukan penyakit asma. Defisiensi vitamin ini diduga akan menghalangi reaksi terhadap pengobatan steroid yang sering dipakai dalam obat pelega dan pengontrol asma.
Dalam risetnya, para peneliti di National Jewish Health (NJH) di Denver mengukur tingkat vitamin D dari 50 penderita asma dan menilai fungsi paru-paru, hyper-responsiveness saluran udara, yang lazim terjadi di dalam pengerutan saluran udara, dan reaksi terhadap pengobatan steroid.
Ternyata, pasien yang mengalami defisiensi vitamin D memperlihatkan hasil yang buruk dalam pemeriksaan fungsi paru-paru dan hyper-responsiveness saluran udara. Lebih dari itu, pasien yang kadar vitamin D dalam tubuhnya di bawah 30 nanogram/mL kadar hyper-responsiveness saluran udara hampir dua kali lipat, dibandingkan dengan mereka yang memiliki lebih banyak vitamin D di dalam darah mereka.
Tingkat vitamin D yang rendah juga berkaitan dengan reaksi yang lebih buruk terhadap pengobatan steroid dan peningkatan produksi sitokin pro-peradangan, TNF-alpha. Hal itu meningkatkan kemungkinan bahwa tingkat vitamin D yang rendah berkaitan dengan peningkatan peradangan saluran udara, kata para peneliti itu.
Selain itu, kadar vitamin D meramalkan seberapa baik seseorang akan bereaksi terhadap pengobatan steroid bagi asma. “Itu mungkin terjadi karena vitamin D bertindak sebagai pengubah reaksi steroid dengan cara yang sejalan dengan orang yang menderita asma,” kata Dr E Rand Sutherland, dari divisi paru-paru dan perawatan medis kritis di NJH.
Peserta paling parah memiliki tingkat vitamin D paling rendah, kata mereka. Asma berkaitan dengan kegemukan, dan kekurangan vitamin D mungkin menjadi faktor yang menghubungkan kedua kondisi tersebut, kata Sutherland.
“Memulihkan tingkat normal vitamin D pada orang yang menderita asma mungkin membantu meningkatkan asma mereka,” kata Sutherland. Namun, tidak diketahui apakah asupan vitamin D akan membantu penderita asma, katanya.
Asupan vitamin D buat orang dewasa yang disarankan ialah 300 IU sampai 600 IU, tergantung pada usia, kata US National Institutes of Health.
Source: