Ketika suami istri bekerja untuk menghidupi keluaraga? No problem, istri bekerja itu sudah menjadi hal biasa di masa sekarang ini. Apalagi mengingat kebutuhan akan rumah tangga yang semakin beragam. Kita di tuntut untuk senantiasa pandai-pandai memanfaatkan peluang pekerjaan.
Permasalahannya mampukan kedua-duanya melakukan peran masing-masing. Yang terberat adalah pada istri. Kita dapat menyadari, pekerjaan istri yang utama ialah mengurus suami, anak-anak dan rumah. Sebelum memutuskan untuk memiliki pekerjaan sampingan yaitu bekerja sebagai wanita karir ataupun yang lainnya, istri harus memiliki komitmen yang kuat untuk menempatkan posisi “suami dan keluarga” sebagai yang pertama apapun yang terjadi meskipun kelak ia harus kehilangan perkerjaannya. Menjadi wanita karir itu memang tugas berat tetapi tetap saja sebagai ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang paling tepat dan tentu saja mulia. Kalau bisa jalan dua-duanya bukan hanya mulia tapi memang seorang ibu luar biasa. Disini seorang wanita juga di tuntut untuk mampu menyeimbangkan pekerjaan kedua-duanya.
Yah kalo bisa sih harus berat di keluarga. Tapi jangalah itu membuat surut semangat ibu-ibu untuk berkreasi dengan pekerjaanya. Saran saya carilah pekerjaan yang bisa di lakukan di rumah. Jadi, dapat di lakukan sambil mengawasi anak – anak di rumah. Kalaupun harus di lakukan di luar rumah, why not? Kenapa enggak kalau kita mahir melakukannya.
Berikut adalah poin – poin penting untuk menghidupkan suasana mesra kita dengan suami bila keda – duanya di sibukkan dengan pekerjaan masing – masing.
1. Pekerjaan rumah harus beres.
Anda seorang wanita pekerja? Resiko pertama yang harus selalu di ingat adalah, pertama sebelum berangkat bekerja tentu sajapekerjaan rumah harusberes. Anda harus bangun pagi – pagi sekali untuk membuat sarapan, menyiapkan keperluan sekolah anak-anak dan juga melayani kebutuhan suami. Jangan sampai pekerjaan belum beres anda sudah berangkat bekerja ini sangat tidak etis dan hanya akan menimbulkan masalah saja nantinya. Gak mungkin kan suami harus terus – terusan jajan untuk sarapan. Anak-anak memang diajarkan untuk mandiri tapi ibu harus tetap mengecek segala persiapannya ke sekolah, OK si kecil bisa berpakaian sendri,menyiapkan keperluan sekolahnya sendiri dan itu memang wajib untuk diajarkan. Tapi, sekali lagi anda harus tahu jadwal pelajarannya juga kapan ia ada pelajaran olahraga. Gak lucu kan kalau anda sudah sibuk beraktivitas di tempat kerja tiba-tiba di telepon pihak sekolah untuk mengantarkan baju olahraga atau buku pelajaran yang tertinggal di rumah.
2. Anak – anak cukup perhatian , suami tidak pernah terlalaikan.
Yups! Harusnya seorang ibu sadar betul sebenarnya apa pekerjaan pokoknya, tentu saja ia harus memperhatikan dan mengurus anak –anak dan juga suaminya. Apapun pekerjaan anda, sepadat apaun jadwal pekerjaan family is number one. Jadikan suami semakin mengagumi anda karena “seorang tipe wanita yang multitalenta, bisa mengatur segala sesuatunya”
3. Jangan pernah telat pulang
Hari ini telat karena jadwal meeting molor, besoknya terpaksa pulang larut dengan alasan lembur, lusanya lagi bos mendadak mengadakan pengecekan dan harus tutup buku sebelum waktunya. Oh my God…, harus di pikir berulang kali bila anda menghadapi permasalahan seperti ini. Kapan waktu untuk keluarga, bagaimana dengan suami dan anak – anak dirumah. Ingat ! anda bukanlah seorang budak materi, jadi untuk apa menimbun uang banyak bila harus mengorbankan kebahagiaan kita yaitu mengurus keluarga. Tidak ada pekerjaan yang indah seindah pekerjaan melayani dan mengurus kebutuhan suami, tak ada pekerjaan mulia semualia mendidik dan memperhatikan anak-anak.
4. Atur jadwal khusus untuk keluarga
Bila ada jadwal pekerjaan, yang harus di mengerti ialah bahwa kita juga harus mengatur jadwal untuk keluarga kita. Jangan hanya sibuk menulis berapa kali jadwal meeting minggu ini, kapan kita mengunjungi client, berapa hari kita siapkan untuk menyiapkan project. Kalaupun harus menuliskan jadwal kegiatan kita tuliskan juga berapa kali kita makan malam romantis dengan suami minggu ini, berapa kali kita mengajak anak jalan – jalan atau sekedar jajan ice cream bersama –sama. Tuliskan juga kapan kita mengunjungi kakek-nenek dengan seluruh keluarga. Kalaupun kita di tuntut untuk membuat project tuliskan juga project kita untuk membuat anak-anak hafal tuntunan sholat untuk tahun ini. Apakah itu pernah tertulis di jadwal anda? Kalau belum lakukan sebelum semuanya kacau.
5. Jangan melebihi jam kerja suami
Sebaiknya bila bekerja cari jenis pekerjaan yang kompromi dengan kondisi anda. Jadi anda bisa mengatur jadwal bekerja dengan tidak melebihi jam kerja suami. Itu akan membuat anda tidak terbebani. Bisa pulang lebih awal dan bisa menyelesaikan perkerjaan di rumah sebelum sang suami tercinta pulang.
6. Jangan berubah
“Oh … jadi begini, setelah pintar cari duit bisa seenaknya sendiri?”
Kata – kata itu sering kita dengar ketika kita melihat adegan perselisihan suami istri di film-film atau sinetron. Itu secuil dari realita hidup yang di angkat ke layar kaca. Kita kadang juga mengiyakan karena memang itu terjadi pada lingkungan kit aatau malah terjadi pada diri sendiri. Lagi – lagi kita harus sadar posisi kita, hak dan kewajiban kita sebagai istri. Jadi buat apa kita bekerja kalau dengan bekerja itu akan merubah kita. merubah gaya hidup, sikap kepada anak-anak dan suami, bahkan merubah emosional kita
7. Lebih perhatian
Mungkin ini tidak akan terjadi, bagaimana tidak jadwal kita terbelah dua antara pekerjaan rumah dan juga di tempat kerja, bisakah kita lebih perhatian? Tentu saja bisa. Di sela – sela istirahat di kala bekerja tanyakan kabar anak-anak di rumah. Bisa juga anda menyempatkan diri untuk telpon suami. Tanyakan keadaanya, kabarnya saat ini, itu satu perhatian yang akan ia rasakan walaupun anda berjauhan. Jangan lupa sisipkan kata – kata mesra saat sms atau chating. Sekarang jaman sudah canggih ponsel saja sudah bisa digunakan untuk akses internet bila memungkinkan lakukan on line chating seharian agar kemunikasi lebih lancar “serasa berdekatan terus” hehehehehehe…tapi ingat bila sedang bekerja tetap focus ke pekerjaan ini untuk menghindari menurunnya produktifitas. Akhirnya semuanya akan lancar, urusan rumah beres pekerjaanpun aman.
8. Liburan
Sebaiknya anda memplaning liburan untuk keluarga. Tak perlu mengeluarkan uang banyak hanya untuk kebutuhan yang bersifat liburan. Jadi hanya perlu tips yang mudah dilakukan di rumah bila ingin mendapatkan liburan yang menyenangkan. Sulaplah taman keluarga menjadi bukitt perkemahan yang nyaman untuk keluarga, so lakukan kemah keluarga di taman belakang rumah anda, pasti seru dan menyenangkan. Bila ingin liburan lainnya lakukan acara nge cat rumah bersama- sama, memasak dan sebagainya. Si bungsu ngebet liburan keluar rumah ajak saja mengunjungi opa – omanya. Kalau ingin lebih efektif lagi gunakan uang yang akan di gunakan liburan ke Bali untuk membeli peralatan sekolah atau makanan kemudian di sumbangkan ke panti asuhan. Ajak anak-anak untuk ikut serta. Tujuannya tentu saja mengajari kepedulian social kepada anak-anak secara dini.
9. Keluarga adalah segalanya
Itu benar, keluarga harus tetap yang utama. Kebahagiaan kita yang sebenarnya adalah membahagiakan orang –orang yang kita sayangi. Kalaupun anda cukup puas dengan prestasi anda dalam bekerja apakah anda bisa tersenyum bahagia melihat anak-anak terlantar, kurang perhatian, kelewat nakal dan kemungkinan terjerumus kedalam pergaulan bebas di luar sana hanya karena orang tunya repot dengan kesibukan dan urusan masing-masing. Pundi-pundi harta meninggi, rumah mewah milyaran rupiah, mobil-mobil mentereng memenuhi garasi, tapi apa itu sebenarnya tujuan hidup? Renungkan kembali tentang arti sebuah “kebahagiaan”
10. Mengalah
Bila memang kondisi tidak memungkinkan jangan “ngoyo” untuk memaksakan bekerja. Aku setuju dengan wanita yang bekerja ntuk membantu suami, karena tentu saja semua itu ada keuntungannya, yaitu mem back up kebutuhan disaat suami sedang tidak stabil pekerjaannya. Karena memang tidak selamanya orang itu selalu berada diatas, selalu hidup berkecukupan. Tapi, lagi-lagi yang harus dipikirkan adalah kemampuan kita dan resiko-resiko yang akan kita terima bila kita memaksakan untuk “bekerja”.
Bila memang kebetulan mampu kenapa kita tidak kita lakukan? Kalaupun bekerja bila kita terikat memiliki perkerjaan yang tentu saja tidak mau kompromi dengan keadaan kita, posisi kita sebagai ibu rumah tangga, selalu menuntut untuk sering di tempat kerja sebaiknya tindakan kita ialah harus “mengalah”. Mengalahkan emosi dan juga tekanan-tekanan dari diri kita untuk bekerja. Buang pikiran jauh-jauh tentang materi yang bisa menyelesaikan segalanya. Karena sesungguhnya materi bukanlah tolak ukur dari kesuksesan kita membina keharmonisan keluarga.
Jadi ibu! Mesra disini bukan hanya untuk suami saja tapi juga kemesraan terhadap anak-anak yang juga termasuk keluarga. Jika semua bisa seimbang maka suami akan tetap mesra kepada anda.
(SmartClick)