Pemanfaatan Limbah Pabrik Menjadi Pupuk Organik

Pengolahan Limbah  Cair
Langkah awal pengolahan limbah cair pabrik gula adalah penyimpanan di tempat-tempat sumber pencemar dengan cara memisahkan air tercemar dengan air tak tercemar dan pendaurulangan di tempat-tempat tumpahan nira. pengolahan limbah air pabrik gula menggunakan cara biologis aerob dengan tahapan sebagai berikut.

Limbah cair yang kaya bahan organik ditampung dalam bak penampung yang dilengkapi dengan sistem pengaduk,diberi ampas halus ,dan ditapis pada unit-unit penekanan.tahap ini menghasilkan air limbah yang lebih jernih.limbah ini digelontor dengan air kali sampai mencapai debit 10 m3/jam.penggelontoran ini dimaksudkan untuk mengurangi beban BOD dan COD dalam unit pengolahan limbah.

Pengolahan Limbah Gula sebagai Pupuk Organik
Blotong merupakan limbah padat produk stasiun pemurnian nira, diproduksi sekitar 3,8 % tebu atau sekitar 1,3 juta ton. Secara umum bentuk dari blotong berupa serpihan serat-serat tebu yang mempunyai komposisi humus, N-total, C/N, PI05, KIO, CaO dan MgO, cukup baik untuk dijadikan bahan pupuk organik.

Blotong harus dikomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk organik tanaman tebu. Pengomposan merupakan suatu metode untuk mengkonversikan bahan-bahan organik komplek menjadi bahan yang lebih sederhana dengan menggunakan aktivitas mikroba. Pengomposan dapat dilakukan pada kondisi aerobik dan anaerobik. Pengomposan aerobik adalah dekomposisi bahan organik dengan kehadiran oksigen (udara); produk utama dari metabolis biologi aerobik adalah karbondioksida, air dan panas. Pengomposan anaerobik adalah dekomposisi bahan organik dalam kondisi ketidakhadiran oksigen bebas; produk akhir metabolis anaerobik adalah metana, karbondioksida, dan senyawa intermediate seperti asam-asam organik dengan berat molekul rendah.

Pada dasarnya pengomposan adalah dekomposisi dengan menggunakan aktivitas mikroba; oleh karena itu kecepatan dekomposisi dan kualitas kompos tergantung pada keadaan dan jenis mikroba yang aktif selama proses pengomposan. Kondisi optimum bagi aktivitas mikroba perlu diperhatikan selama proses pengomposan, misalnya aerasi, kelembaban, media tumbuh dan sumber makanan bagi mikroba.

Kompos dari blotong tersebut umumnya mengandung hara N, P2O5 dan K2O masing-masing sekitar 1-1.5%, 1.5-2.0%, dan 0.6-1.0%. Kompos ini dapat memperbaiki fisik tanah di areal perkebunan tebu, khususnya meningkatkan kapasitas menahan air, menurunkan laju pencucian hara, memperbaiki drainase tanah,  dan menetralisir pengaruh A1dd sehingga ketersediaan P dalam tanah lebih tersedia. Selain itu pemberian ke tanaman tebu sebanyak 100 ton blotong atau komposnya per hektar dapat meningkatkan bobot dan rendemen tebu secara signifikan.
Adanya pemanfaatan blotong ini diharapkan mampu mengatasi masalah kelangkaan pupuk kimia dan mengatasi masalah pencemaran lingkungan.

Check Also

Menggali Lebih Dalam tentang Dogmatis: Apa Itu dan Bagaimana Ini Memengaruhi Pikiran Manusia?

Dogmatis adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan sikap atau keyakinan yang keras kepala dan …