BLITARKAB. Pemerintah Kabupaten Blitar menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Blitar Tahun 2019, yang dilaksanakan di Kampung Coklat, Kademangan Blitar, Selasa (26/02/2019).
Tampak hadir Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri Djoko Raharto serta beberapa pejabat tinggi Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar. Diketahui yang menjadi pemateri dalam rapat ini, Plt Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar Ir. Wawan Widianto, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Blitar Sunaryo, M.Si.
Kepala BPS Kabupaten Blitar Sunaryo, Msi mengatakan bulan Januari 2019 Kota Kediri mengalami inflasi sebesar 0,15 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 129,46 dibanding dengan IHK Desember 2018 sebesar 129,27.
“Di Jawa Timur terdapat 8 kabupaten dan kota yang ditunjuk untuk menghitung inflasi/IHK setiap bulan, 5 kota terdiri yakni Surabaya, Malang, Kediri, Probolinggo, Madiun, 3 kabupaten yaitu Jember, Sumenep dan Banyuwangi. Kota Kediri sebagai Sister City Kabupaten Blitar dalam Inflasi/IHK,” tuturnya.
Inflasi Kota Kediri pada bulan Januari 2019 sebesar 0,15 persen dan inflasi tahun kalender sebesar 0,15 persen sedangkan inflasi periode “Year on Year” (Januari 2019 terhadap Januari 2018) mencapai 1,98 persen.
Pada kesempatan yang sama Plt Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar Ir. Wawan Widianto menyampaikan terkait potensi bidang peternakan. Dalam hal peternakan, telur sebagai ikon Blitar yakni pemasok terbesar di Indonesia.
“Populasi ayam petelur mencapai 16,8 juta ekor. Produksi telur mencapai kurang lebih 560 ton per hari masyarakat yang berkecimpung pada usaha peternak ayam petelur mencapai 4.322,” ungkapnya.
Populasi ayam ras petelur di kabupaten Blitar mencapai 16,8 juta ekor pada tahun 2019 meningkat sebesar 9% dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi telur ini mampu mensuplay 70% kebutuhan telur Jawa Timur dan 30% kebutuhan nasional. Indonesia merupakan urutan ke 7 dunia untuk produsen telur terbanyak salah satunya dari Blitar.
Tidak hanya membahas peternakan, akan tetapi dalam rapat tersebut juga membahas terkait potensi komoditas jagung dan cabe di Kabupaten Blitar.
Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri Djoko Raharto mengatakan kenaikan konsumsi dari persiapan pelaksanaan Pilkada 2019, masih tingginya harga komoditas jagung dana keterbatasan stok yang berdampak pada tingginya harga pakan ternak.
Ketersediaan jagung di Kabupaten Blitar masih belum mencukupi untuk kebutuhan ternak, karena dengan produksi per tahun 3.69.403 ton dan jumlah kebutuhan pakan ternak dengan asumsi 1.200 ton/hari, maka masih kekurangan jagung 62.597 ton.
Untuk itu pihaknya memberikan rekomendasi diantaranya pemantauan kesesuaian harga yang berlaku di pasaran khusunya untuk komoditas yang memiliki harga acuan khusus. Penguatan monitoring harga komoditas pangan startegis dengan pemanfaatan data IHK data perkembangan harga siskaperbapo, data pusat informasi harga pangan strategis (PIHPS) dan informasi anekdotal sebagai indikator Early Warning System (EWS). Penguatan kerjasama TPID kabupaten Blitar dengan TPID kota/kabupaten lainnya atau dengan komunitas lainnya, salah satunya melalui mekanisme perdagangan antar daerah.
Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Dra.Tuti Komariyati, MM berharap semua OPD untuk untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi termasuk inflasi tersebut. Pihaknya juga memberikan apresiasi terhadap koperasi yang ada di Kabupaten Blitar, karena dalam waktu satu tahun koperasi Blitar dinilai se-Indonesia koperasi yang eksis, kuat dan sehat. Diharapkan Koperasi di Blitar berguna dan dibutuhkan oleh masyarakat serta lebih maju. (EM-DISKOMINFO)