Siapa yang menyangka salah satu foto yang ada di pameran bergengsi di Esplanade, Singapura adalah karya milik seorang pekerja migran asal Blitar, Profil tentang dirinya pernah dimuat di media Channel News Asia dan Nikon Singapura
Dia adalah Ana Rohana, seorang perempuan kelahiran Blitar yang bekerja di Singapura selama sepuluh tahun sebagai seorang pekerja imigran. Sebelumnya dia pernah bekerja di sebuah pabrik di Batam, Kepulauan Riau. Dia memutuskan bekerja selepas lulus dari sebuah SMK di Srengat, Blitar karena faktor ekonomi.
“Saya tidak pernah membayangkan untuk menjadi seorang pekerja imigran di luar negeri seperti saat ini, tapi saya tidak punya pilihan lain karena saya harus membiayai seorang adik dan ibu saya di rumah,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Ana bekerja mengurus rumah tangga sebuah keluarga di Pasir Ris, Singapura. Di sela-sela kesibukannya, dia masih menyempatkan diri untuk menekuni hobinya di bidang fotografi. Mengetahui kontrak bekerja miliknya segera berakhir, dia bermaksud mengabadikan setiap cerita dan tempat yang dia kunjungi di Singapura sebelum dia kembali ke Indonesia.
Dia menuturkan bahwa beberapa pekerja migran biasanya hanya menghabiskan waktu libur mereka untuk bersantai. “Jarang yang ada mengupgrade diri dengan membekali ketrampilan. Sehingga setelah pulang ke rumah, ingin kembali ke luar (negeri; red) lagi dan lagi karena uang habis. Jadi cycle ini harus diputus,” katanya. Itulah kenapa dia mantap menekuni hobinya di bidang fotografi.
Berawal dari membeli kamera bekas, Ana menyalurkan hobi fotografi seperti foto tentang alam, landscape dan street di daerah Singapura dan beberapa tempat di Indonesia yang dia ambil saat pulang ke rumah. Dia sering mengambil foto saat akhir pekan dan di hari libur bersama pekerja migran lainnya dan terkadang belajar pada satu mentor. Dengan banyak berlatih mengambil poto, dia memutuskan untuk mengikuti pameran. Sejak saat itulah beberapa karyanya sempat ikut di pameran fotografi tahunan di Singapura.
Pameran pertama yang pernah dia ikuti adalah “Unspoken Life” di tahun 2017 yang diselenggarakan oleh Aidha. Diapun memenangkan “People Choice”. Di tahun berikutnya, dia megikuti pameran dengan tema “Lost and Found” di Esplanade, sebuah tempat pameran bergengsi di Singapura.
Pada akhir tahun 2018, dia juga mengikuti pameran dengan tema “Unspoken Life” yang bertempat di Intersections Gallery, Singapura. Berkat pameran itu, Namanya sebagai pekerja migran berprestasi mulai jadi buah bibir dan sempat diliput khusus oleh Channel News Asia, dalam bentuk berita juga video youtube.
Tak berhenti sampai disitu, Namanya sebagai pekerja migran berprestasi kian menggaung setelah pihak Nikon Singapura mengetahui karya fotografi miliknya yang diambil menggunakan kamera Nikon. Pada peringatan Hari Perempuan Internasional 9 Maret 2018 yang lalu, Nikon Singapura mengangkat profilnya di portal medsos milik mereka, Facebook dan Instagram, juga memberikan penghargaan berupa kamera Nikon D7500 seharga 17 jutaan juga kursus gratis di Nikon School dengan materi kursus sesuai dengan pilihannyanya. [NA-Diskominfo]