Para peneliti menyimpulkan bahwa anomaly ENSO tidak menjadi penyebab satu-satunya atas gejala kekeringan di Indonesia. Kekeringan umumnya diperparah penyebab lainnya antara lain:
- Terjadinya pergeseran daerah aliran sungai atau DAS utamanya di wilayah hulu. Hal ini membuat lahan beralih fungsi, dari vegetasi menjadi non-vegetasi. Efek dari perubahan ini aldalah sistem resapan air di atan yang menjadi kacau dan akhirnya menyebabkan kekeringan.
- Terjadinya kerusakan hidrologis wilayah hulu sehingga waduk dan juga saluran irigasi diisi oleh sedimen. Hal ini kemudian menjadikan kapasitas dan daya tamping menjadi drop. Cadangan air yang kurang akan memicu kekeringan parah saat musim kemarau tiba.
- Penyebab kekeringan di Indonesia lainnya adalah persoalan agronomis atau dikenal juga dengan nama kekeringan agronomis. Hal ini diakibatkan pola tanam petani di Indonesia yang memaksakan penanaman padi pada musim kemarau dan mengakibatkan cadangan air semakin tidak mencukupi.
Kekeringan di Indonesia biasanya terjadi di wilayah pertanian tadah hujan, wilayah irigasi golongan, wilayah gardu liar dan juga titik endemic kekeringan.
Beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai upaya untuk menanggulangi kekeringan di Indonesia, antara lain:
- Memperbaharui paradigma petani terkait kebiasaan memaksakan penanaman padi di musim kemarau.
- Membangun atau merehabilitasi jaringan sistem irigasi
- Membangung serta memelihara wilayah konservasi lahan juga wilayah resapan air.
- Mengaplikasikan juga memperhatikan lebih cermat peta rawa yang mengalami kekeringan.
- Menciptakan kalender tanam.
- Pemerintah menyediakan informasi perubahan iklim yang lebih akurat.
- dan lain-lain.