coklats.com – Sebagaimana kisah drama dan film bernuansa romantisme, belahan jiwa tergambarkan sebagai pasangan hidup yang telah ditetapkan yang maha kuasa sejak lahir, dan akan saling dipertemukan sebagai jodoh dikemudian hari. Tetapi benarkah konsep belahan jiwa itu benar-benar ada dan nyata, bukan sekedar mitos?
Menurut psikolog Shauna Springer, Ph.D., sebagaimana dikutip dari Psychology Today, menjelaskan bahwa yang namanya belahan jiwa itu memang ada. Namun belahan jiwa tidak jatuh begitu saja dari langit, tetapi Kita sendirilah yang harus ‘menciptakan’ mereka. Dalam artian kitalah yang harus berusaha keras memperjuangkannya terwujud, buktinya adalah bahwa kita bisa saling menjadi belahan jiwa untuk pasangan kita, sebagai hasil dari hubungan yang mendalam dan berlangsung lama.
Menurut Springer, seseorang akan menemukan sosok belahan jiwa dalam diri pasangan mereka, setelah menjalani hubungan dalam jangka waktu yang sangat panjang. Pasangan yang sukses mengatasi tantangan dalam hubungan serta bisa menjaga cinta dan rasa hormat terhadap pasangan hingga bertahun-tahun akan menganggap perpisahan dan gagasan menggantikan pasangan dengan orang lain sebagai hal yang tak masuk akal untuk dilakukan. Hal inilah yang menjadi essensi dari belahan jiwa tersebut.
Dua individu yang tumbuh menjadi sosok ‘sempurna’ dan tak tergantikan serta saling mengisi satu sama lain akan menjadi belahan jiwa atau soulmate. Anda sudah menyadarinya?
Jadi, jangan salah mengartikan tentang arti belahan jiwa di dalam kehidupan, karena belahan jiwa bukanlah malaikat ataukah manusia tanpa cela, dan bukan berarti jika pasangan kita memiliki kekurangan di kemudian hari, lantas kita dengan seenaknya mem-vonis pasangan kita bukanlah belahan jiwa kita. Kemuliaan belahan jiwa ternyata adalah sebuah usaha dan perjuangan bagi pasangan kita, guna mengarungi kehidupan yang takkan lepas dari tantangan.