Pengertian Kudeta Menurut Para Ahli :
Kudeta berasal dari bahasa Perancis coup d’État atau disingkat coup artinya serangan atau pukulan terhadap negara. Pengertian kudeta adalah sebuah tindakan perebutan kekuasaan dari pemerintahan yang sah yang dilakukan secara illegal dan seringkali bersifat brutal dan tidak konstitusional.
Pendek kata, pengertian kudeta adalah upaya yang dilakukan secara mendadak / tiba-tiba oleh sekelompok kecil orang untuk mengambil alih pemerintah atau menggulingkan pemerintahan biasanya melalui kekerasan dan kegiatan anarkis.
Tidak seperti revolusi, kudeta bersifat perubahan kecil di dalam kekuasaan yang pada umumnya menghasilkan penggantian secara mendadak segelintir personil / pegawai pemerintah yang terkemuka.
Ilmuwan ilmu politik Samuel P. Huntington mengidentifikasi kudeta menjadi tiga kelas sebagai berikut:
- Kudeta yang terjadi karena ketidakpuasan pihak-pihak tertentu terhadap kebijakan pemerintah yang tradisional. Kudeta jenis ini disebut kudeta sempalan atau breakthrough coup d’etat, dilakukan oleh kelompok bersenjata yang terdiri dari militer atau tentara untuk kemudian menciptakan elit birokrasi baru.
- Guardian coup d’etat atau kudeta wali terjadi dengan alasan untuk menegakkan tatanan public; seperti meningkatkan ketertiban umum, efisiensi, mengakhiri korupsi dan sejumlah alasan lain yang dikaitkan dengan patriotisme. Para pemimpin kudeta akan menggambarkan kudeta ini bersifat sementara dan akan menyesuaikan dengan kebutuhan. Masih dilakukan oleh militer, umumnya kudeta jenis ini sering dilakukan dengan cara mengubah bentuk pemerintahan dari sipil menjadi pemerintahan militer.
- Kudeta veto, dilakukan melalui partisipasi dan pergerakan sosial dari sekelompok besar rakyat dalam melakukan penekanan berskala besar yang berbasis luas pada oposisi sipil.
Di Indonesia, kudeta telah terjadi ratusan kali dalam sejarah sebelum kemerdekaan. Di antaranya adalah kudeta Ra Kuti dan Sengkuni yang terjadi pada tahun 1316 dan 1317. Saat itu Kerajaan Majapahit berada dalam keadaan yang carut marut sehingga memaksa Raja Jayanegara untuk menyelamatkan diri ke desa Bedander dengan pengawalan pasukan Bhayangkara di bawah pimpinan Gajah Mada. Berkat siasat Gajah Mada, Jayanegara berhasil kembali naik tahta dengan selamat. Kuti dan Sengkuni kemudian berhasil diringkus dan dihukum mati.
Sejarah kudeta lainnya adalah pemberontakan PETA di Blitar, yang tak lain adalah pasukan binaan Jepang. Dilatarbelakangi penderitaan karena penjajahan, membuat rakyat menjadi berani untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintah militer Jepang yang berkuasa pada saat itu. Dipimpin oleh Supriyadi, yang merupakan Komandan Batalyon PETA terjadilah kudeta pada tanggal 14 Februari 1945.