Pengertian Bermuram Durja – Bermuram durja. Mungkin kita sering mendengar padanan kata ini. Entah itu dalam bait-bait puisi, lagu-lagu atau juga cerita-cerita yang sedang popular saat ini. Lalu, bermuram durja apa artinya sih ?
Berasal dari kata muram dan durja, keduanya memiliki arti yang sama, yaitu keadaan wajah yang muram atau tidak berseri, kurang bercahaya, kusam, kuyu, layu dan suram untuk menggambarkan suasana hati yang sedih, kecewa dan sebagainya. Orang yang bermuka muram menunjukkan wajah yang tidak jernih untuk menggambarkan keadaan hati yang menderita, masygul, depresi ataupun kedukaan yang mendalam.
Kata muram juga biasanya digunakan untuk menggambarkan keadaan bulan, misalnya. Bulan pun mulai muram dan resah yang merajam, untuk menunjukkan bulan yang kurang terang cahayanya serta suasana hati yang sedang resah.
Nah, kalau satu kata muram saja sudah mewakili arti kesedihan, penderitaan, keputusasaan dan sebagainya di atas, maka padanan kata bermuram durja tentu menunjukkan arti yang lebih dalam lagi.
Yang membedakan adalah, kalau kata muram merupakan kata sifat yaitu yang menunjukkan keadaan hati yang sedih, maka bermuram durja sudah merupakan kata kerja. Yang artinya keadaan muram wajah atau kesedihan yang dilakukan atau diperbuat oleh seseorang.
Dengan kata lain, wajah muram merupakan sifat manusiawi sebagai respon terhadap suatu kejadian, sedangkan bermuram durja merupakan perbuatan yang terus menerus dilakukan. Dengan demikian, pengertian bermuram durja adalah seseorang yang melakukan suatu tindakan yang mencerminkan suatu kesedihan dan kekecewaan atas suatu hal yang ditandai dengan raut mukanya yang muram.
Setiap kita tentu pernah mengalami yang namanya kesusahan dan kekecewaan dalam hidup atau bahkan yang lebih besar lagi. Setiap kita pernah berada dalam keadaan muram untuk waktu tertentu. Dan itu adalah sesuatu yang lumrah dalam hidup. Namun ketika kita memilih bermuram durja, tentu itu bukan lagi merupakan sifat yang memang merupakan sesuatu yang alami, melainkan lebih kepada perilaku dan sikap kita dalam menghadapi kesusahan atau penderitaan hidup itu sendiri. Apalagi bila bermuram durja dilakukan dalam waktu yang lama. Tentu dampak buruknya akan kembali kepada kita juga.
Kita bisa sedih, tapi kita juga bisa memilih untuk tidak terus bersedih. Setuju?