Tradisi bermaaf-maafan ramai-ramai memang selalu identik dengan hari raya Idul Fitri. Tetapi tahukah bahwa permintaan maaf tidak hanya di ucapkan ketika momentum hari raya saja. Kita bisa melakukan hal itu kapan saja kita sebagai manusia biasa pasti tidak luput dari segala kesalahan baik yang kita sengaja atau tidak.
Bisa saja khilaf datang dari ucapan lisan yang tak berkenan di hati orang lain, janji-janji yang terlupakan, sikap perbuatan kita yang kadang kali tak sengaja menyakitkan dan bahkan prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain yang tak terbukti kebenarannya.
Seandainya buku catatan amal ini di buka setiap awal bulan ramadhan, tidakkah kita malu semalu-malunya dengan perbuatan kita kemarin hari?? Sudah pasti kita tidak akan sempat memikirkan kegiatan duniawi selain beribadah sepanjang hari dan memohon ampunan Allah SWT.
Ketahuilah bahwa ada satu hadist yang menceritakan keutamaan meminta maaf kepada sesama,
“Ketika Rasullullah sedang berkhutbah pada Shalat Jum’at (dalam bulan Sya’ban), beliau mengatakan Amin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan Amin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Amin. Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Amin sampai tiga kali. Ketika selesai shalat Jum’at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan: “ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasullullah Amin-kan do’a ku ini,” jawab Rasullullah.
Do’a Malaikat Jibril itu adalah:
“Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:
1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);
2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri;
3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.”
Hadist shohih tersebut di riwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ahmad, dan Al Baihaqi dari sahabat Abu Hurairah. Dalam keterangan hadist diatas kita bisa mengambil pelajaran bahwa bermaaf-maafan sebelum ramadhan memang sangat dianjurkan kepada siapapun.
Yang pertama adalah kepada orang tua, orang tua merupakan manusia paling penyayang yang pasti akan memaafkan segala kesalahan kita tanpa kita meminta. Namun alangkah baiknya jika kita juga menyempatkan untuk mengucap maaf dan mencium kedua tangannya.
Lalu perminta maafan antara suami istri, meski suami istri adalah bagian dari satu sama lain namun lebih baik jika kita meminta permohonan maaf kepadanya. Meski naluri mereka sama halnya dengan orang tua yang tidak akan menyimpan lama-lama kesalahan pasangan masing-masing.
Yang terakhir adalah bermaafan dengan orang-orang di sekitar kita. Tentu saja kita pasti pernah menyakiti mereka dengan kesengajaan atau ketidak sengajaan yang kita lakukan. Berma’afan dengan orang sekitar memang sama utamanya dengan meminta maaf dengan keluarga sendiri.
Meski begitu, kita tidak perlu menunggu datangnya bulan ramadhan untuk sekedar meminta maaf. Lebih baik jika kita ingat akan kesalahan yang di perbuat, kita langsung meminta maaf. Selain itu, kesalahan yang tidak sengaja atau tidak disadari tidak dihitung sebagai dosa di sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam,
إن الله تجاوز لي عن أمتي الخطأ والنسيان وما استكرهوا عليه
“Sesungguhnya Allah telah memaafkan ummatku yang berbuat salah karena tidak sengaja, atau karena lupa, atau karena dipaksa” (HR Ibnu Majah, 1675, Al Baihaqi, 7/356, Ibnu Hazm dalam Al Muhalla, 4/4, di shahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah)
Tetapi kita tidak boleh berlebihan dalam meminta maaf kepada setiap orang yang kita temui tanpa sebab tertentu, karena pada dasarnya hal tersebut bisa terjerumus pada ghuluw (berlebihan) dalam beragama.