Pandemi covid-19 telah membawa banyak perubahan, diantaranya adalah dengan lebih banyaknya waktu yang dihabiskan di rumah atau mengurangi interaksi secara langsung dengan orang lain. Semuanya dilakukan di rumah, jika terpaksa harus keluar rumah, masyarakat lebih suka bersepeda dibandingkan menggunakan transportasi public yang beresiko tinggi menularkan covid-19, sehingga saat ini sepeda semakin banyak diburu.
Disisi lain, dengan lebih banyaknya menghabiskan waktu di rumah, telah mendorong pola hidup sehat seperti semakin diminatinya pola makan sehat, segar dan bebas pestisida dengan mengonsumsi sayuran hidroponik.
Sayuran hidroponik adalah sayuran yang tumbuh dengan bantuan cairan bermineral yang dilarutkan dalam air dan diperlukan oleh sayuran untuk tumbuh dan tidak membutuhkan media tanah untuk tumbuh. Air yang digunakan untuk menanam sayuran ini pun bisa didaur ulang. Selain air dan mineral, tanaman hidroponik juga membutuhkan lampu, sistem filtrasi untuk air dan udara, serta alat kontrol iklim. Semua hal ini diperlukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman hidroponik. Biasanya, sayuran hidroponik ditanam dalam rumah kaca maupun di luar ruangan.
Menanam sayuran hidroponik sendiri relative mudah dan tidak memerlukan lahan yang luas. Selain itu, harga jual sayuran hidroponik juga lelatif stabil karena tidak ada istilah panen raya sehingga curva supply and demand-nya berjalan dengan normal. Cara menanamnyapun bisa menggunakan berbagai metode seperti Nutrient Film Technique (NFT) dan WICK.
Dikutip dari laman detik.com, pada masa covid-19 permintaan sayuran hidroponik mengalami kenaikan hingga 200 persen yang dijual secara daring dan luring ke berbagai supermarket di wilayah Jabodetabek, seperti yang disampaikan Putri Rafika, petani hidroponik Teknik NFT di Serua Farm Pamulang, Tangerang Selatan, Jum’at (26/6/2020).