Tag Archives: Peternakan

Berbagai Jenis Bentuk Pakan Konsentrat Ternak

Pakan konsentrat merupakan pakan penguat bagi ternak yang terdiri dari campuran ataupun satu jenis bahan pakan. Pada umumnya bahan pakan tersebut berasal dari berbagai macam bijib – bijian (contoh: Jagung), hasil samping olahan bahan pangan (contoh: Bungkil Kedelai, Pollard, Dedak, Tepung Ikan dll), limbah pertanian (contoh: Bekatul, Tumpi Jagung ), limbah industry lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak (contoh: Mie Instan Afkir, Roti Afkir dll).

Pakan konsentrat tersebut diberikan pada ternak dalam berbagai macam bentuk, yang biasanya disesuaikan peruntukkannya dengan jenis ternak, umur ternak serta berdasarkan kebutuhan atau tujuan tertentu yang berkaitan dengan efisiensi usaha ternak oleh pelaku pelaku usaha peternakan (peternak, pabrikan pakan ternak, distributor bahan baku pakan ternak).

Berikut berbagai macam bentuk pakan konsentrat:

  • Bentuk Tepung (Mash): biasanya untuk konsentrat ternak sapi, ayam petelur (Grower ,Layer), kambing dan domba, puyuh petelur (Stater, Layer).
  • Bentuk Pellet: biasanya untuk ternak ayam petelur (Layer), ayam pedaging (Finisher)
  • Bentuk Crumble (pecahan pellet): biasanya untuk ternak ayam pedaging (Stater), ayam petelur (stater, grower dan layer), Puyuh (Stater, Remaja)
  • Bentuk Kibble (campuran dari bentuk pellet, mash dan bijian yang dipecah): bentuk ini sangat jarang digunakan, hanya pabrikan pakan tertentu yang menggunakan bentuk ini. Biasanya untuk ayam petelur (Layer).

Memilih Lokasi Ideal Bagi Usaha Peternakan

Memilih lokasi usaha peternakan yang ideal, prinsipnya adalah lokasi yang akan dijadikan tempat usaha tersebut harus sesuai dari segi tekhnis, ekonomis dan sosial.

Dari segi tekhnis harus memiliki lingkungan yang nyaman bagi ternak ( yang ideal lokasi berada 400-1000 dpl untuk ternak unggas seperti ayam petelur, ayam pedaging, ternak puyuh, kambing dan domba serta sapi potong ataupun lebih dari 1000 dpl untuk ternak sapi perah). Selain itu ketersediaan sumber air bersih sangat diperlukan oleh seluruh jenis hewan ternak sebagai air minum dan menunjang kegiatan beternak (untuk memandikan ternak, mencuci peralatan kandang dll).

Keadaan jenis tanah juga bisa dijadikan pertimbangan, karena menurut Johari (2004)*, jenis tanah untuk beternak ayam petelur yang ideal adalah yang mudah menyerap air, seperti tanah berpasir. Pada jenis tanah tersebut dapat dipastikan sumber air yang tersedia relative bersih dan tidak tercemar kuman penyakit, sehingga ayam tidak mudah terserang penyakit.

Dari segi ekonomis, lokasi yang ideal untuk usaha peternakan adalah tanah yang relative tidak produktif untuk tanaman pangan sehingga harga tanah relative murah. Selain itu, harus dekat dengan akses jalan transportasi untuk sapronak (sarana produksi ternak, seperti pakan ternak dll) dan pengangkutan hasil produksi ternak (telur,daging dan susu dll) guna pemasarannya.

Ini Dia Dinamika Sapi Perah Laktasi

Masa laktasi merupakan suatu masa dimana ternak sapi perah betina sudah mampu beranak dan dapat berproduksi susu. Pada masa tersebut, seekor sapi laktasi mengalami serangkaian periode yang saling berurutan, bergantian dan terulang pada masa laktasi berikutnya, yang biasa dikenal dengan istilah Dinamika Sapi Laktasi.

Berikut serangkaian periode-periode dalam dinamika sapi perah laktasi, serta beberapa karakteristik pada tiap periode, yang perlu diperhatikan oleh peternak guna menentukan manajemen pemeliharaan yang tepat pada tiap periodenya (pemberian pakan, kegiatan reproduksi perkawinan, treatment dll). Manajemen yang tepat bertujuan tercapainya produktivitas yang tinggi dari sapi perah laktasi tersebut.

1. Pasca beranak atau Fresh Period (pasca beranak s/d 1 bulan pasca beranak)
Karakteristik dalam periode ini adalah Kemampuan sapi perah untuk mengkonsumsi pakan turun (khususnya Serat Kasar/SK). Hal ini terjadi karena secara alami sapi membongkar cadangan tubuh (Body Reserve) yang telah mereka timbun di saat kebuntingan sebelum beranak untuk kegiatan hidup pokok mereka, produksi susu, dan pertumbuhan (laktasi 1 dan 2).

Sehingga supaya cadangan tubuh mereka tidak terkuras dalam jumlah yang terlalu besar perlu perlakuan sebagai berikut:
Pakan Hijauan yang diberikan harus fresh dan berkualitas baik.
Protein Kasar (PK) kosentrat 16-17 % dan TDN pakan minimal 70%.
Prosentase pemberian pakan hijaun yang berkualitas baik ditingkatkan (> 60%) dari total ransum yang diberikan.

Daftar Suhu Badan Dan Denyut Nadi Berbagai Ternak Besar

Dengan mengetahui suhu badan dan denyut nadi normal dari seekor ternak, kita dapat mempersiapkan tempat dan memelihara ternak sesuai tingkat kenyamanan ternak tersebut. Selain itu suhu badan dan denyut nadi normal ternak dapat dijadikan acuan dokter hewan atau petugas kesehatan ternak jika terjadi ketidak normalan keduanya.

Ketidak normalan tersebut, dimungkinkan indikasi adanya pengaruh yang mungkin disebabkan adanya penyakit pada ternak karena infeksi bakteri,virus, fungi atau protozoa yang menyebabkan ternak tersebut demam. Tetapi ada beberapa hal juga yang dapat mempengaruhi perubahan suhu badan dan denyut nadi, seperti ternak tersebut setelah beraktifitas, setelah makan, umur dan jenis ternak, terkejut serta suhu lingkungan.

Pengukuran suhu badan ternak dilakukan melalui Per rectal/rectum (melalui anus) atau untuk ternak betina dapat melalui per vaginal dengan memasukkan ujung thermometer suhu badan selama 3-5 menit.

Sedangkan cara menghitung angka pernafasan adalah dengan melihat kembang kempis rongga dada/ perut ternak, menempatkan punggung tangan kita di depan lubang hidung ternak yang diperiksa, mendengarkan bunyi pernafasan ternak menggunakan stetoskop atau ponendoskop. Penghitungannya di lakukan dengan di hitung berapa kali bernafas selama 1 menit tersebut (Soeradji, 1987).

Berikut ini adalah table yang menyajikan data rataan suhu badan normal (°C) serta denyut nadi (Pulsus/puls) per menit berbagai jenis ternak besar.

Daftar tabel suhu badan ternak

Source:.Veterinary Clinical Diagnosis (WR. Kelly , 1974).
Referensi:
Soeradji, Drh. M.Ed. 1987. Metoda Pemeriksaan Kesehatan Ternak. CV Yasaguna. Bogor.
WR.Kelly, M.A. KVM. MRCYS. 1974.Veterinary Clinical Diagnosis.2ndEdition. Bailliere Tindall. London.