Tag Archives: Psikologi

Pengertian Gangguan Kepribadian Narcistik

(Pengertian Gangguan Kepribadian Narcistik) – Diperkirakan penderita gangguan ini kurang dari 1% orang dewasa, dan lebih dari 75% adalah laki-laki. Perilaku ini bisa normal pada anak remaja dan tidak selalu akan menjadi dewasa narcistik.

Tanda–tanda Gangguan Kepribadian Narcistik adalah:

  • Grandious, membutuhkan sanjungan dan empati dari orang lain.
  • Banyak cerita tentang keberhasilan, kekuatan dan kemolekannya untuk mendapatkan sanjungan dari sekitarnya.
  • Sering membesar-besarkan keberhasilan dan kemampuannya dan sering tampak arogan.
  • Jarang tertarik dengan perasaan orang lain.

Prikodinamika Gangguan Kepribadian Narcistik
Penderita selalu “over value” dalam menilai dirinya.
Gangguan ini berawal dari penolakan dari orang tua terhadap anak. Selanjutnya terdapat tampilan grandiousitas pada anak sebagai suatu cara untuk meyakinkan orang lain bahwa ia mampu tanpa membutuhkan hubungan yang hangat. Teori ini didukung oleh kasus anak – anak yang sering mendapat kekerasan dan dari keluarga bercerai.

Para ahli mengatakan gangguan kepribadian ini dapat menjadi lebih parah jika mereka “didukung” daripada “ditentang”.

Pengobatan Gangguan Kepribadian Narcistik
Gangguan kepribadian ini merupakan salah satu gangguan yang sangat sulit untuk diobati, dan tidak ada terapi pilihan yang manjur.

Biasanya pasien datang berobat karena penyakit lain yang menyertainya, kebanyakan dengan gangguan depresi. Pada pengobatan sering pasien berusaha untuk memanipulasi terapis untuk menyakinkan perasaan superioritasnya.

Pengertian Gangguan Kepribadian Obsesif–Kompulsif

(Pengertian Gangguan Kepribadian Obsesif–Kompulsif) – Diperkirakan penderita gangguan kepribadian ini sekitar 2% – 5% populasi dengan perbandingan pria 2 kali lebih banyak dari wanita. Kebanyakan berasal dari orang kulit putih, terpelajar, menikah, dan karyawan.

Walaupun memiliki gejala yang sama dengan Gangguan Obsesif – Kompulsif, tetapi tidak ada hubungan yang spesifik di antara keduanya.

Tanda–tanda Gangguan Kepribadian Obsesif – Kompulsif, antara lain :

  • Perasaan ragu dan hati – hati yang berlebihan.
  • Keterpakuan pada rincian, peraturan, daftar, perintah, organisasi, dan jadwal.
  • Perfeksionis yang menghambat penyelesaian tugas.
  • Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati – hati, dan kecenderungan yang tidak semestinya untuk menciptakan kesenangan dan hubungan interpersonal.
  • Keterpakuan dan ketertarikan yang berlebihan pada kebiasaan sosial.
  • Kaku dan keras kepala.
  • Pemaksaan secara tidak masuk akal agar orang lain melakukan sesuatu menurut caranya, atau keengganan yang tak masuk akal mengizinkan orang lain melakukan sesuatu.
  • Mencampuradukkan pikiran atau dorongan yang bersifat memaksa atau yang tidak disukai.

Tak termasuk: Gangguan Obsesif – Kompulsif

Psikodinamika Gangguan Kepribadian Obsesif – Kompulsif
Penjelasan psikodinamikanya sangat terbatas, banyak dikaitkan dengan Gangguan Obsesif – Kompulsif walau tidak spesifik.

Teori Freudian mengatakan gangguan kepribadian ini terjadi akibat dari perilaku pada “toilet training”, dimana anak menjadi marah dan tetap mempertahankan fase perkembangan psikoseksual ini. Dan untuk mempertahankan kemarahan dibawah kontrolnya, dia menahan kemarahan dan naluri untuk menahan fesesnya secara ekstrem.

Pengobatan Gangguan Kepribadian Obsesif–Kompulsif
Orang dengan gangguan kepribadian ini tidak selalu menyadari bahwa dirinya terganggu, sehingga mereka biasanya tidak berobat sampai dia mengalami gangguan lain, seperti gangguan depresi atau gangguan cemas.

Walaupun terapi perilaku dan terapi obat efektif untuk mengobati gangguan ini, tapi dengan terapi psikodinamik dan terapi kognitif tampaknya memberikan hasil yang lebih baik.

Pengertian Gangguan Kepribadian Paranoid

(Pengertian Gangguan Kepribadian Paranoid) – Gangguan Kepribadian Paranoid lebih banyak atau lebih nyata dialami oleh pria daripada wanita. Sekitar 3% orang dewasa pernah mengalami gangguan ini.

Beberapa tanda-tanda pada Gangguan Kepribadian Paranoid, antara lain:

  • Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.
  • Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, meskipun pada masalah-masalah kecil.
  • Kecurigaan dan kecenderungan pervasif untuk menyalah-artikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan.
  • Mempertahankan dengan gigih bila perlu dengan kekuatan fisik tentang hak pribadinya yang sebenarnya tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
  • Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar, tentang kesetiaan seksual dari pasangannya.
  • Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang dinyatakan dalam sikap menyangkut harga diri yang menetap.
  • Dirundung oleh rasa persekongkolan dari suatu peristiwa terhadap baik diri pasien maupun dunia luar pada umumnya tanpa bukti.Selalu waspada dan hati-hati yang berlebihan bila berurusan dengan orang lain.
  • Selalu menghindari hubungan interpersonal.

Termasuk: Gangguan Kepribadian Paranoid Ekspansif, Gangguan Kepribadian Paranoid yang sensitif dan suka mengeluh/membantah dan fanatik.
Tidak termasuk: Gangguan Waham, Skizofrenia.

Psikodinamika Gangguan Kepribadian Paranoid
Para ahli psikodinamika menyatakan bahwa ada pengaruh genetika dalam gangguan ini, dimana para ahli menelusuri kembali pola-pola interaksi awal dengan orang tua yang dibutuhkan. Para ahli kognitif mengarahkan perihal asumsi-asumsi maladaptif semacam “Mereka jahat dan akan selalu menyerangmu bila ada kesempatan untuk menyalahkanmu”.

Pengobatan Gangguan Kepribadian Paranoid
Kesulitan yang dihadapi oleh ahli terapi (terapist) pada gangguan ini adalah penderita tidak menyadari adanya gangguan pada dirinya dan merasa tidak memerlukan bantuan dari terapist. Hanya beberapa saja dari penderita yang mau berobat atas kemauannya sendiri. Dan sering penderita yang sedang diobati tidak percaya dan menolak terapist-nya.

Pengobatan pada gangguan ini lebih banyak difokuskan pada terapi perilaku, sedangkan terapi obat umumnya tidak efektif.

Terapi perilaku pada gangguan ini, perlu dilihat masa lalu “kemarahan” penderita sebagai dasar menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Kemudian, membantu mengontrol kecemasan penderita dan memperbaiki kemampuan hubungan interpersonalnya.

 

2 Hal Penting Untuk Mengobati Gangguan Kepribadian

(2 Hal Penting Untuk Mengobati Gangguan Kepribadian) – Gangguan kepribadian pada seseorang yang di dasarkan pada bentuk perilaku, mood, sosial interaksi, impulsif, dapat menjadi suatu hal yang kontroversial dan merugikan individu bersangkutan, kebanyakan orang Awam memberikan sebutan label atau pelbagai stigma tertentu pada mereka. Akibatnya, individu tersebut semakin enggan untuk berobat dan melakukan isolasi diri.

1) Medikasi
Antidepressants
Doktor menganjurkan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti fluoxetine (Prozac, Sarafem), sertraline (Zoloft), citalopram (Celexa), paroxetine (Paxil), nefazodone, dan escitalopram (Lexapro), atau jenis antidepressant lainnya venlafaxine (Effexor) untuk gangguan kepribadian yang disertai dengan kecemasan dan depresi.

Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)
Jenis phenelzine (Nardil) dan tranylcypromine (Parnate).

Anticonvulsants
Jenis obat ini untuk mengurangi tingkat agresifitas dan perilaku impulsif. Jenis yang dianjurkan adalah carbamazepine (Carbatrol, Tegretol) atau asam valproik (Depakote). Selain itu juga topiramate (Topamax), jenis anticonvulsant ini dianggap lebih efektif dalam menangani permasalahan perilaku impuls yang tidak terkontrol.

Beberapa hal yang Menyebabkan Gangguan Kepribadian

(Beberapa hal yang Menyebabkan Gangguan Kepribadian) – Penyebab secara pasti berkembangnya gangguan awal tidak diketahui secara pasti, akan tetapi gangguan kepribadian muncul diperkirakan merupakan kombinasi beberapa faktor yang berbeda tiap individu. Gangguan kepribadian dapat muncul dalam keluarga, faktor genetik, harapan yang tidak tercapai dan sebagainya.

Anak yang mengalami pelecehan seksual pada masa awal kanak-kanak mempunyai resiko terbentuknya gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder). Dilaporkan bahwa individu yang mengalami gangguan ini mengalami pelecehan seksual di usia kanak-kanak (rata-rata pada usia 13 tahun), disamping itu mereka juga mengalami gangguan stres pasca-traumatik (Post Traumatic Stress Disorder, PTSD). Faktor lainnya terbentuk gangguan ini dapat disebabkan oleh faktor hereditas dan luka pada kepala pada masa kanak-kanak (soft neurological sign) yang dapat berkembang menjadi bentuk gangguan ini.

Kemunculan gangguan kepribadian schizotypal, schizoid dan paranoid dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor biologi, genetik (walaupun faktor ini sedikit kemungkinannya), riwayat pengalaman individu dalam keluarga. Gangguan-gangguan ini dapat juga disebabkan oleh turunan dari anggota keluarga yang menderita schizophrenia. Faktor hereditas juga memberikan kontribusi berkembangnya gangguan kepribadian obsessive-compulsive.

Kemunculannya gangguan kepribadian antisosial diperkirakan disebabkan oleh pengalaman trauma masa kecil yang disebabkan oleh permasalahan keluarga dengan kekerasan. Anak dengan orangtua pengguna Alkohol dan anak yang pengalami penolakan dari orangtua mempunyai resiko terhadap pembentukan gangguan kepribadian antisosial.

Pendidikan yang tidak tepat dengan temperamen si anak juga dapat menimbulkan gangguan kepribadian, kondisi ini disebut dengan goodness of fit, misalnya anak yang bertemperamen cemas didik oleh orangtua yang mempunyai sifat cemas pula akan memperburuk kepribadian anak dikemudian hari.

Faktor lingkungan dan budaya juga diyakini dapat membentuk pola gangguan kepribadian, misalnya lingkungan dan budaya yang bersifat keras, tidak toleran, suka menghukum (punitif) dan Agresif dapat menanamkan dasar-dasar pembentukan gangguan paranoid dan antisosial.

Pengertian Social anxiety disorder atau social phobia

(Pengertian Social anxiety disorder atau social phobia) – Terasa gugup dalam beberapa situasi sosial merupakan hal yang wajar, dan bukan merupakan social anxiety disorder. Pada kasus social anxiety disorder (social phobia), interaksi sosial sehari-hari pun dapat mengakibatkan beberapa ketakutan ekstrem.
Pengertian Social anxiety disorder adalah suatu kondisi kesehatan mental kronis yang menyebabkan kecemasan irasional atau takut berada di tempat umum yang ramai. Biasanya juga memiliki ketakutan bahwa akan mempermalukan atau menghina diri sendiri jika berada di tempat umum.

Berada dan mengerjakan sesuatu di tempat umum akan menyebabkan ketidaknyamanan pada penderita social anxiety disorder. Jika kehidupan terganggu oleh jenis ketakutan tersebut, kemungkinan menderita social anxiety disorder.

Penyebab
Seperti banyak kondisi kesehatan mental lainnya, social anxiety disorder mungkin timbul dari interaksi yang kompleks dari lingkungan dan gen. Para peneliti terus mempelajari kemungkinan penyebab, termasuk:

1. Gen
Para peneliti mencari gen-gen tertentu yang berperan dalam kecemasan dan ketakutan. Social anxiety disorder tampaknya menurun dalam keluarga. Tetapi bukti menunjukkan bahwa komponen herediter pada kondisi ini disebabkan perilaku cemas yang ditiru dari anggota keluarga lainnya.

Pengertian dan Arti Istilah Gangguan Kepribadian

Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit mental di mana cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi. Ada banyak jenis spesifik gangguan kepribadian. Secara umum, memiliki gangguan kepribadian berarti memiliki kaku dan berpotensi merusak diri sendiri atau merendahkan diri-pola berpikir dan berperilaku tidak peduli pada situasinya. Hal ini menyebabkan stress dalam hidup atau gangguan dari kemampuan untuk beraktivitas rutin di tempat kerja, sekolah atau situasi sosial lain.

Dalam beberapa kasus, kemungkinan penderita tidak menyadari bahwa mereka memiliki gangguan kepribadian karena cara berpikir dan berperilaku tampak alami bagi si penderita, dan penderita mungkin menyalahkan orang lain atas keadaannya.

Kepribadian adalah kombinasi dari pikiran, emosi dan perilaku yang membuat seseorang unik, berbeda satu sama lain. Ini cara melihat, memahami dan berhubungan dengan dunia luar, dan juga bagaimana seseorang melihat diri sendiri. Bentuk kepribadian selama masa kanak-kanak, dibentuk melalui interaksi dari dua faktor:
Warisan kecenderungan atau gen. Ini adalah aspek kepribadian yang diturunkan kepada seseorag dari oleh orang tua, seperti rasa malu atau pandangan terhadap kebahagiaan. Hal ini kadang-kadang disebut temperamen bersifat “alami” dan merupakan bagian dari pola asuh dan “konflik”.

Lingkungan, atau situasi kehidupan. Lingkungan tempat seseorang dibesarkan, hubungan dengan anggota keluarga dan orang lain juga turut berpengaruh dalam pembentukan kepribadian. Ini mencakup beberapa hal seperti jenis pola pengasuhan yang dialami seseorangapakah itu dengan penuh cinta atau kekerasan.

Gangguan kepribadian dianggap disebabkan oleh kombinasi genetik dan pengaruh lingkungan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa memiliki kerentanan genetik untuk mengembangkan sebuah gangguan kepribadian dan situasi kehidupan dapat memicu perkembangan gangguan kepribadian.

Deskripsi Gangguan Kepribadian dan Pengelompokannya

Gangguan Kepribadian (Personality Disorder) – Gangguan kepribadian merupakan suatu gangguan berat pada karakter dan kecenderungan perilaku pada individu. Gangguan tersebut melibatkan beberapa bidang kepribadian dan berhubungan dengan kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan itu dapat disebabkan oleh faktor hereditas dan pengalaman hidup pada awal masa kanak-kanak.

Diagnosa terjadinya gangguan kepribadian pada seseorang yang di dasarkan pada bentuk perilaku, mood, sosial interaksi, impulsif, dapat menjadi suatu hal yang kontroversial dan merugikan individu bersangkutan, kebanyakan orang Awam memberikan sebutan label atau pelbagai stigma tertentu pada mereka. Akibatnya, individu tersebut semakin enggan untuk berobat dan melakukan isolasi diri.

Kemunculan gangguan kepribadian berawal kemunculan distres, yang dilanjutkan pada penekanan perasaan-perasaan tersebut dan berperilaku tertentu seperti orang mengalami distres pada umumnya. Rendahnya fungsi interaksi sosial di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja ikut memperburuk kondisi dan suasana emosi dengan cara mendramatisir, menyimpan erat, mengulang atau mengingat kembali suasana hati (obsesif), dan antisosial.

Beberapa perilaku tersebut menganggu individu dan aktivitas sehari-harinya, secara umum individu yang mengalami gangguan kepribadian kesulitan untuk mempertahankan atau menlanjuti hubungan dengan orang lain. Hal ini disebabkan oleh permasalahan interpersonal yang kronis, atau kesulitan dalam mengenal perasaan-perasaan (emosi) sendiri yang muncul dalam dirinya. Penderita gangguan kepribadian mempunyai karakteristik perilaku yang kaku sulit menyesuaikan diri sehingga orang lain seperti bersikap impulsif, lekas marah, banyak permintaan, ketakutan, permusuhan, manipulatif, atau bahkan bertindak kasar.

Problem ketergantungan pada alkohol, gangguan mood, kecemasan dan gangguan makan, melakukan hal-hal yang berbahaya terhadap diri sendiri, keinginan bunuh diri, gangguan seksual sering menjadi bagian dari permasalahan gangguan kepribadian.

Identitas Diri Sebagai Salah Satu Bagian Dari Konsep Diri

(Identitas Diri Sebagai Salah Satu Bagian Dari Konsep Diri) – Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 1991). Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat,1992). Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai dengan konsep laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis kelamin tersebut.

Perasaan dan prilaku yang kuat akan indentitas diri individu dapat ditandai dengan:

  1. Memandang dirinya secara unik
  2. Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain
  3. Merasakan otonomi: menghargai diri, percaya diri, mampu diri, menerima diri dan dapat mengontrol diri.
  4. Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep diri

Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari prilaku dan perasaan seseorang, seperti:

  • Individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah dan berbeda dengan orang lain
  • Individu mengakui atau menyadari jenis seksualnya
  • Individu mengakui dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya, peran, nilai dan prilaku secara harmonis
  • Individu mengaku dan menghargai diri sendiri sesuai dengan penghargaan lingkungan sosialnya
  • Individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang
  • Individu mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan di realisasikan (Meler dikutip Stuart and Sudeen, 1991)

 

Ideal Diri sebagai salah satu bagian dari konsep Diri

(Ideal Diri sebagai salah satu bagian dari konsep Diri) – Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart and Sundeen,1991). Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai . Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita–cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan.
Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak–kanak yang di pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di bentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman.

Menurut Ana Keliat ( 1998 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu:

  • Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.
  • Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
  • Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasan cemas dan rendah diri.
  • Kebutuhan yang realistis.
  • Keinginan untuk menghindari kegagalan .
  • Perasaan cemas dan rendah diri.

Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai (Keliat, 1992).